Empat bulan terakhir, daya beli petani Indonesia terus
menguat. Ukuran penguatan daya beli petani Indonesia bisa dilihat dari
indikator Nilai Tukar Petani (NTP) yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
setiap awal bulan. Pada Bulan Juli 2017 tercatat nilai NTP hanya sebesar 100,65
poin dan pada Bulan Oktober nilai NTP Indonesia naik mencapai 102,78 poin.
Nilai NTP adalah salah satu
indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani. Namun lebih tepat
lagi jika digunakan untuk mengukur tingkat daya beli petani. Sejatinya nilai
NTP di Bulan Juli 2017 sebesar 100,65 sudah memberikan sinyal yang baik. Mengingat
nilai NTP diatas 100 menunjukan adanya surplus antara apa yang didapatkan
petani dibandingkan dengan apa yang dikeluarkan petani selama periode tersebut.
Jika nilai NTP adalah 100 maka bisa disimpulkan adanya keseimbangan antara apa
yang dikeluarkan dan diterima petani. Akan tetapi bisa menjadi perhatian bagi
pemerintah jika nilai NTP dibawah 100, level tersebut menunjukan kondisi
ekonomi petani yang kurang menguntungkan. Kondisi nilai NTP dibawah 100 bisa
menjelaskan bahwa peningkatan harga-harga kebutuhan hidup petani lebih besar
jika dibandingkan peningkatan produktivitas petani.
Kita kembali kepembahasan nilai NTP
Bulan Juli sebesar 100,65, meningkat pada Bulan Agustus sebesar 101,60, Bulan
September kembali meningkat menjadi 102,22 dan terakhir pada Bulan Oktober
menyentuh level 102,78 poin. Angka-angka tersebut menunjukan keadaan petani
Indonesia dalam kurun waktu empat bulan terakhir surplus (nilai NTP>100) atau
dengan kata lain bahwa selama Bulan Juli 2017-Bulan Oktober 2017 peningkatan
produktivitas petani lebih besar dibandingkan peningkatan harga kebutuhan hidup
sehari-hari petani. Sedangkan peningkatan nilai NTP yang terjadi secara terus
menerus bisa mengindikasikan meningkatnya daya beli petani.
Meningkatnya daya beli petani senada dengan data Pertumbuhan
Ekonomi Sektor Pertanian kuartal III 2017 yang tumbuh sebesar 4,25 persen (q to
q). Pertumbuhan Sektor Pertanian pada kuartal III tersebut menduduki posisi ke
empat terbesar setelah Sektor Pengadaan Listrik dan Gas diposisi pertama (5,32
persen), kemudian diikuti Sektor Transportasi dan Pergudangan (5,21 persen) dan
diposisi ketiga Sektor Konstruksi (4,88 persen). Keadaan ini menunjukan bahwa sektor
pertanian masih menjadi aktor utama perekonomian Indonesia. Selain itu kondisi
ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Sektor Pertanian dinikmati oleh petani
Indonesia karena sejalan dengan peningkatan nilai NTP.
Pada Tahun 2017 jumlah petani Indonesia sebanyak 39,68
juta jiwa. Hal ini menunjukan bahwa hampir sepertiga angkatan kerja di
Indonesia adalah petani. Petani masih menjadi labuhan terakhir sebagian besar
masyarakat Indonesia sebagai mata pencaharian sehari-hari. Hal ini tidak
terlepas dari masih sulitnya mencari pekerjaan bagi masyarakat Indonesia yang
memiliki pendidikan pas-pasan. Dengan jumlah
yang cukup besar maka bisa kita analogikan bahwa jika daya beli petani
Indonesia stabil, bahkan cenderung meningkat dari bulan ke bulannya, maka bisa
kita pastikan bahwa daya beli masyarakat Indonesia secara umum juga stabil.
Sedikit menyinggung penutupan gerai retail seperti
Ramayana, Matahari, Hypermart, 7-Eleven dan Lotus yang terjadi akhir-akhir ini.
Banyak pihak yang menyimpulkan bahwa penutupan gerai retail disebabkan
penurunan daya beli masyarakat. Sedangkan beberapa pakar ekonomi berpendapat
bahwa daya beli masyarakat tidak menurun melainkan adanya perubahan cara
belanja masyarakat menjadi belanja online.
Terlepas dari semua pendapat para pakar ekonomi, selama angka pertumbuhan
ekonomi Indonesia masih stabil kemudian didukung oleh indikator lain seperti
NTP maka bisa kita simpulkan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam keadaan
yang aman.
Pentingnya peran daya beli petani dalam menjaga
stabilitas perekonomian Indonesia seharusnya menjadi evaluasi sendiri bagi
pemerintah. Pasalnya pemerintah saat ini memang besar-besaran dalam memberikan
bantuan untuk petani. Mulai dari peralatan bertani, benih, pupuk organik cair,
hingga Alat Mesin Pertanian (Alsintan) berupa traktor. Tahun 2017 saja
pemerintah sudah menggelontorkan dana sebesar 31,33 trilliun rupiah yang akan
digunakan untuk subsidi pupuk sebanyak 8,55 juta ton dengan cadangan sebanyaj 1
juta ton. Seperti kita ketahui bersama, pupuk merupakan salah satu modal utama
petani dalam menjalankan usahanya. Murahnya harga pupuk akan sejalan dengan
kemudahan proses bercocok tanam petani dan tentunya diharapkan hasil
produksinyapun diharapkan lebih baik jika dibandingkan tidak menggunakan pupuk.
No comments:
Post a Comment