Jokowi
panggilan akrab Joko Widodo merupakan Presiden Republik Indonesia (RI) periode
2014-2019. Jabatan Presiden RI yang diembannya saat ini tidak serta merta
diraihnya begitu saja. Jokowi muda meniti karir politik berawal dari menjadi calon
Walikota Surakarta pada tahun 2005. Pada saat itu pria asli kelahiran Surakarta
ini berpasangan dengan FX. Hadi Rudyatmo, dan hasil Pemilihan Kepala Daerah
(PILKADA) saat itu berpihak kepada pasangan ini. Jokowi-Hadi Rudyatmo dipercaya
mengemban amanah rakyat untuk memimpin Kota Surakarta periode 2005-2010.
Keberhasilan memimpin Kota Surakarta periode 2005-2010
membuat rakyat Surakarta kembali mempercayakan Suami dari Ibu Iriana ini untuk
memimpin pembangunan Kota Surakarta tahun 2010-2015. Namun demikian, pada
periode kedua memimpin Surakarta, ayah dari tiga anak yaitu Gibran, Kahiyang
dan Kaesang ini tidak memimpin Solo sampai akhir periode. Pada tahun 2012,
Jokowi mendapatkan kepercayaan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) untuk diusung menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan
Basuki Tjahaya Purnama atau lebih dikenal dengan sebutan Ahok.
Jokowi-Ahok seakan menjadi jawaban atas kerinduan dan
mimpi rakyat Jakarta akan sosok pemimpin yang memiliki jiwa inovasi dan
terobosan yang tinggi untuk mengatasi berbagai macam permasalahan yang ada di
Ibu Kota Negara ini. Harapan rakyat Jakarta terwujud setelah Jokowi-Ahok
berhasil memenangkan PILGUB DKI Jakarta tahun 2012.
Terpilih menjadi Gubernur DKI merupakan modal awal
Jokowi menjadi RI 1. Gencarnya media cetak dan online mengumbar setiap perilaku
dan kebijakan yang dikeluarkan saat memimpin Jakarta menjadi keuntungan
tersendiri bagi Jokowi. Tentu saja, Jokowi semakin dikenal tidak saja
dilingkungan Jakarta, namun hampir seluruh pelosok negeri mulai tertarik
memperhatikan setiap gerak langkahnya. Selain itu, kejenuhan rakyat Indonesia
perihal tokoh-tokoh politik senior sekaligus keinginan rakyat Indonesia
memiliki Calon Presiden (Capres) alternatif menjadi nilai tambah lain bagi
Jokowi. Faktor-faktor itulah yang membuat pasangan Prabowo-Hatta Rajasa tidak
bisa membendung kemenangan Jokowi-Jusuf Kala di Pemilihan Presiden (PILPRES)
2014.
Kesuksesan Jokowi menjadi Presiden RI yang Ke-7 bisa
kita ibaratkan seperti menanam pohon dengan cara mencangkok. Seperti kita
ketahui bersama bahwa cara menanam pohon agar bisa cepat menghasilkan buah
salah satunya adalah dengan cara mencangkok. Dengan mencangkok, kita tidak
perlu melewati tahapan menanam pohon mulai dari biji kemudian harus menunggu
bertahun-tahun sampai pohon tersebut besar dan menghasilkan buah.
Seperti itulah karir politik Jokowi. Jokowi terus
melejit popularitasnya dalam beberapa tahun terakhir sampai dengan terpilih
menjadi Presiden. Hampir seluruh Capres merupakan Ketua Umum Partai Politik.
Namun Jokowi melewati fase karir politik menjadi Ketua Umum Partai Politik
sebelum menjadi Capres. Jokowi dengan segudang prestasi yang telah ditorehkan
selama menjabat sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, membuat Jokowi
langsung mendapatkan kepercayaan dari partai yang membesarkannya (PDIP) untuk
diusung menjadi Capres.
Kecepatan dan kemudahan menghasilkan pohon dengan cara
mencangkok inilah yang diharapkan sama dengan harapan kita kepada Jokowi.
Seperti halnya mencangkok pohon dengan menghasilkan buah yang cepat, maka karir
politik Jokowi yang bisa dikatakan cepat mencapai tangga orang nomer 1 di
Indonesia (jika dibandingkan dengan politikus-politikus senior lainnya) juga
diharapkan Jokowi cepat memberikan perubahan yang positif bagi negara ini.
Disisi lain, sebagai petani yang menanam pohon dengan
cara mencangkok harus sadar betul jika dikemudian hari buah yang dihasilkan
pohon tersebut tidak sebanyak pohon yang ditanam dengan cara tradisional.
Terkadang petani juga harus siap jika hasil cangkokan pohon yang ditanam gagal
untuk tumbuh sebagaimana mestinya. Namun, sebagai petani yang menanam pohon
cangkokan berharap kelak jika pohon ini berbuah, kualitas buah yang dihasilkan
sama dengan pohon induk yang dicangkok.
Seperti itulah harapan rakyat Indonesia terhadap
Jokowi yang bisa diibaratkan rakyat Indonesia mencangkok Jokowi dari kesuksesan
beliau memimpin Kota Surakarta dan Jakarta. Rakyat berharap Jokowi mampu
meneruskan prestasinya dengan memimpin Indonesia menjadi Negara yang berdaulat
adil dan makmur. Ya, adil dan makmur dua kata sederhana yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945, namun memiliki makna yang dalam. Adil tentunya bisa
diartikan pembangunan yang merata antara Indonesia Bagian Barat, Bagian Timur dan
Tengah. Keadilan pembangunan antara Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa. Keadilan
dihadapan hukum, keadilan memperoleh pekerjaan dan masih banyak lagi harapan
keadilan yang mungkin saat ini bagi sebagian rakyat Indonesia belum dirasakan.
Kemakmuran bisa diartikan kemerdekaan memenuhi kebutuhan hidup mulai dari
kebutuhan primer, sekunder bahkan kebutuhan tersier.
Disisi lain sebagai rakyat yang tergolong cepat
mengambil keputusan memberikan amanah kepada Jokowi untuk memimpin Indonesia
periode 2014-2019 cukup sadar menunggu beberapa tahun kedepan melihat hasil
kerja keras Jokowi - Kabinet Kerja pada khususnya dan seluruh rakyat Indonesia
pada umumnya lima tahun kedepan.
Layaknya petani yang baru menanam pohon cangkokan
beberapa bulan, petani tidak akan gegabah mencabut pohon cangkokan yang
ditanamnya karena lama tidak menghasilkan buah. Namun petani terus berusaha
menyirami pohon cangkokan tersebut dan tidak lupa memberi pupuk dengan harapan
pohon cangkokan yang ditanam segera menghasilkan buah.
Sama halnya dengan Jokowi, rakyat yang bersahaja
seharusnya mendukung Presiden terpilih. Meskipun sampe saat ini mungkin
sebagian besar rakyat Indonesia belum merasakan perubahan yang berarti. Tidak
seharusnya rakyat berpikir untuk melengserkan Jokowi (mencabut pohon cangkok).
Namun yang perlu kita lakukan adalah bahu membahu membangun bangsa ini agar
cepat memberikan perubahan yang signifikan.
No comments:
Post a Comment