Setiap bulannya, Bandar Udara
Ngurah Rai selalu mencatatkan diri sebagai Badara paling banyak dikunjungi
wisatawan mancanegara (Wisman). Data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik
menyatakan pada Bulan Januari 2018, Bandara Ngurah Rai berada diposisi teratas
dengan kunjungan wisman sebanyak 345.191
jiwa.
Jumlah
tersebut bahkan mengungguli wisman yang mendarat di Bandara Internasional
Soekarno & Hatta. Tercatat hanya sebanyak 209.553 turis asing yang mendarat
dibandara ini. Adapun bandara-bandara internasional lainya jumlah pengunjung
turis asingnya tidak melibihi 100.000 jiwa.
Perekonomian Bali memang unik, jika
kita perhatikan dipusat-pusat wisata Bali tidak akan kita jumpai parkir-parkir
liar yang memungut rupiah. Hal ini tentu tidak berlaku untuk daerah wisata
selain Pulau Dewata, juru parkir liar maupun resmi menjamur disekitaran objek
wisata. Seakan-akan usaha parkir adalah satu-satunya cara mendulang rupiah dari
para pelancong.
Dari satu indikator parkir ini
sudah menunjukan bahwa Pulau Dewata meduduki ranking wahid dalam hal mengelola
pariwisata. Tanpa mengurangi rasa takjub saya terhadap keindahan alam yang ada
di Pulau Dewata, namun bisa saya pastikan turis-turis asing maupun lokal paling
banyak berkunjung ke Pulau Dewata bukan karena memiliki pantai maupun terumbu
karang paling indah seantero nusantara ini.
Ada beberapa jurus yang dilakukan
pemerintah Provinsi Bali dan Masyarakat Bali dalam mengolah wisata yang ada.
Pemerintah bersama dengan rakyat di Bali sangat pandai mengoptimalkan setiap sudut
keindahan Bali untuk di promosikan ke Dunia. Ya, level Bali adalah membidik
masyarakat internasional untuk berkunjung ke Pulau ini.
Faktor keamanan menjadi jurus
pertama yang dilakukan Pemerintah dan masyarakat Bali. Mayoritas penduduk Bali
yang memeluk Agama Hindu menjadi modal utama membangun Bali yang aman dan
tentram bagi pengunjung. Pemerintah Bali dan Tokoh Agama di Bali bisa dikatakan
sukses membentuk manusia yang taat menjalankan kepercayaannya. Ketaatan dalam
beribadah inilah yang membuat tindak kejahatan seperti pembunuhan, pencurian
sepeda motor dan kejahatan lainnya minim terjadi. Jika anda pertama kali
berlibur ke Pulau Bali dan menyewa motor untuk keliling Pulau Bali, anda tidak
perlu khawatir motor sewaan anda hilang pada saat parkir, motor anda aman dan
bebas parkir liar selama anda parkir pada tempat yang telah disediakan.
Selain keamanan, Pemerintah Bali
dan Masyarakat Bali juga berhasil mempertahankan budaya asli yang ada.
Disepanjang jalan, kita akan melihat bangunan pemerintah, sekolah maupun rumah
dengan desain rumah adat bali. Hal inilah yang sudah banyak ditinggalkan daerah
lain. Rumah Adat Krong Bade di Aceh, Rumah Gadang di Sumatera Barat, Rumah
Joglo di Jawa, Rumah Selaso di Bumi Melayu, Rumah Pajang di Jambi dan
rumah-rumah adat lainnya mulai ditinggalkan dan beralih ke desain rumah
minimalis.
Selain pemandangan bangunan yang
mempertahankan rumah adat, Bali juga masih sangat kental dengan tariannya. Tari
Kecak merupakan tarian unggulan dari Provinsi Bali ini bisa kita saksikan setiap
harinya menjelang matahari tenggelam di Objek Wisata Pura Uluwatu. Kombinasi
antara penampilan tarian di tempat objek wisata menurut saya adalah terobosan
yang belum dilakukan oleh kebanyakan pemerintah daerah lainnya dalam menggarap
wisata. Seperti halnya Aceh yang memiliki Tari Saman, sebetulnya Tari Saman ini
memiliki potensi yang sama dengan Tari Kecak di Bali. Tari Saman bisa menjadi
salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung Ke Aceh jika memiliki jadwal
yang tetap dan bertempat disuatu objek wisata.
Bila daerah Bali memiliki Pura yang
ditonjolkan sebagai daerah tujuan wisata, maka sebetulnya Aceh memiliki
Mesjid-Mesjid yang layak menjadi tujuan wisata sebut saja salah satunya adalah
Mesjid Raya Baiturrahman. Tentu saja dengan batasan-batasan tertentu untuk
menghormati tempat peribadatan. Sepertihalnya para pengunjung Pura Uluwatu
sendiri dibatasi hanya boleh di halaman sekitar pura. Kebetulan disekeliling
Pura banyak spot untuk berfoto.
Keunggulan Bali dalam mengolah
wisatanya adalah kebebasan. Di Pulau Dewata ini tidak bisa dipungkiri, semua
orang bebas melakukan apa saja. Bagi anda penikmat minuman beralkohol, tidak
terlalu sulit bahkan cenderung mudah untuk menikmati minuman jenis ini di Bali.
Selain itu, para turis asing juga bebas untuk berjemur dengan balutan pakaian
yang seadanya. Tentu saja jurus yang terakhir ini agak susah diterapkan bagi
daerah lain apalagi bagi daerah yang mayoritas beragama islam. Tentu saja kita
harus menjunjung tinggi kearifan lokal yang berlaku dimasing-masing daerah.
Masih banyak jalan menuju roma,
masih banyak cara untuk menarik wisatawan asing dan lokal. Daerah lain masih
bisa menyaingi Bali dengan mengoptimalkan kelemahan yang ada di Pulau Bali.
Untuk urusan makanan, mungkin Pulau Bali bisa terhitung mahal. Sangat sulit
untuk menemukan rumah makan dengan budget dibawah Rp 25.000/porsi, selain itu
bagi para traveler muslim di Pulau Bali juga sangat sulit untuk menemukan
warung makan yang berstatus halal.
Ada satu hal lagi yang perlu
diperhatikan daerah lain, yaitu penginapan murah. Di Bali sangat banyak
menyediakan penginapan berstandar hotel berbintang dengan tarif sekelas melati.
Kita bisa menikmati kamar hotel layak huni hanya dengan merogoh kocek Rp
150.000,- sampai dengan Rp 300.000,-untuk setiap malamnya.
Begitu dahsyatnya gelora pariwisata
di Pulau Dewata ini membuat kreatifitas masyarakat untuk mendulang rupiah
meningkat. Jasa persewaaan mobil maupun sepeda motor laku keras. Jasa
pertukaran rupiah/ Money Changer juga
menjamur. Industri-industri oleh-oleh juga terus berkembang seperti merek
dagang paling terkenal seantero Bali yaitu Joger. Mengawali usahanya dengan
produk Kaos Bergambar, saat ini industri oleh-oleh Joger sudah memiliki banyak
jenis produk seperti sandal, asbak, topi dan lain-lain.
Dengan
hanya bermodalkan pariwisata, perekonomian suatu daerah tidak lagi bergantung
pada anggaran pemerintah maupun sumber daya alam yang suatu saat akan habis.
Untuk itu setiap daerah sebaiknya mulai dari sekarang mempersiapkan diri
membangun dunia pariwisata dengan belajar dari Pulau Dewata.
No comments:
Post a Comment