Sumber Gambar: http://genggaminternet.com
Faktor yang Mendorong Migrasi
Monanisa
dkk (2011) meneliti karakteristik para migran yang masuk ke Kabupaten OKU
Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas para migran memiliki
motivasi bermigrasi ke Kabupaten OKU Selatan karena pekerjaan dan
pendapatan. Kebanyakan para migran
berharap mendapatkan pekerjaan atau mendapatakan pendapatan yang lebih besar
dari daerah asal. Penelitian tersebut memberikan informasi bahwa daerah otonom
baru dianggap memiliki peluang lapangan pekerjaan yang lebih luas dan
pendapatan yang lebih besar ketimbang daerah otonom lama. Pembangunan dan
lowongan pekerjaan di pemerintahan maupun swasta dan BUMN menjadi asumsi bagi
para migran bahwa daerah otonom yang baru mekar memiliki kesempatan yang lebih
baik daripada darah asal.
Ikhsan
dan Muhammad Wali (2014) meneliti perihal perilaku migrasi penduduk disekitar
Kota Banda Aceh menuju Banda Aceh. Hasilnya tidak berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Monanisa, faktor mencari pekerjaan dan berharap mendapatkan
pendapatan yang lebih besar masih dominan menjadi alasan seseorang melakukan
migrasi. Hal ini menjadi menarik karena beberapa migran di Banda Aceh memiliki
alasan lain yaitu ingin menikmati fasilitas yang lebih baik seperti sarana
publik dan pendidikan. Jika penelitian Monanisa memberikan informasi bahwa
daerah otonom baru merupakan tujuan para migran, maka penelitian Ikhsan dan
Muhammad Wali menunjukan bahwa ibu kota provinsi juga memiliki magnet untuk
menarik para migran.
Subhan Adi K dkk (2017)
menganalisis motivasi penduduk Kota Bekasi bermigrasi ke Jakarta karena tiga
alasan yaitu pendidikan, ekonomi, dan transportasi. Transportasi menjadi faktor
paling berpengaruh untuk penduduk Kota Bekasi melakukan migrasi. Penelitian ini
memberikan gambaran bahwa ibu kota negara memiliki daya tarik sebagai daerah
tujuan migrasi.
Dampak
Migrasi
Aulisa dan Iwan (2013)
meneliti tentang migrasi terhadap pengembangan desa di Kecamatan Kedung Jati.
Hasil penelitian tersebut adalah sekitar 60 persen pendapatan migran dikirim ke
kampung halaman atau biasa disebut remitan. Remiten pada umumnya digunakan oleh
anggota keluarga di kampung halaman untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dampak yang positif bagi perilaku migran di Kecamatan Kedung Jati, setidaknya
dengan adanya migrasi kesejahteraan penduduk di Kecamatan Kedung Jati menjadi
lebih baik.
Sejalan penelitian
Aulisa dan Iwan, Sunarto Hs (1991) juga meneliti dampak migrasi sirkuler.
Sunarto memaparkan bahwa ada beberapa manfaat yang dihasilkan dari migrasi
sirkuler antara lain meningkatkan kesejahteraan rumahtangga dan memperbesar
volume peredaran uang di pedesaan. Karakteristik para migran rata-rata adalah
berusia produktif dari kalangan ekonomi bawah.
Didit Purnomo (2009)
juga meneliti tentang peran yang dihasilkan oleh migran bagi daerah asal.
Lokasi penelitian yang diambil adalah di Kabupaten Wonogiri. Para migran dari
Wonogiri juga mengirimkan hasil jerih payahnya diperantauan ke kampung halaman.
Rata-rata para migran dari Wonogiri memiliki tanggungan keluarga di kampung
halaman sebanyak 12 orang.
Pola
Migrasi
Otonomi daerah yang
diberlakukan sejak tahun 2000 membuat Provinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan
ekonomi yang pesat. Pertumbuhan ekonomi yang pesat tersebut membuat struktur
perekonomian bertransformasi dari pertanian menjadi industri. Kondisi tersebut
menyebabkan adanya migrasi penduduk usia produktif menuju daerah-daerah pusat
industri di Jawa Timur kejadian tersebut sring disebut brain drain (Muhammad Armoyu, 2015).
Kemajuan
transportasi laut berpengengaruh terhadap tingkat migrasi (Rizky Ramadhan Eka
Putra dan Tri Achmadi, 2013). Ketersediaan transportasi laut mendukung
pelaksanaan migrasi, semakin baik jaringan transportasi laut arus migrasi akan
semakin besar.
Sudibia
dkk (2012) meneliti tentang pola dan karakteristik migrasi yang terjadi di
Pulau Bali. Sudibia mengungkapkan bahwa hampir seluruh provinsi di Indonesia
turut menyumbang migrasi masuk ke Provinsi Bali, bahkan luar negeri juga turut
menyumbang. Provinsi Jawa Timur mendominasi jumlah migran di Bali dengan
persentase lebih dari 50 persen. Penelitian ini menunjukan bahwa daya tari
pariwisata yang menyediakan banyak lapangan kerja membuat Provinsi Bali menjadi
daerah tujuan migrasi penduduk seluruh provinsi di Indonesia.
Saratri Wilonoyudho (2014) mencermati dampak adanya migrasi dari sudut
pandang daerah tujuan yaitu Kota Semarang. Para migran yang datang ke Kota
Semarang dengan keterbatasan mampu menciptkan jenis pekerjaan baru, sehingga
terjadi semacam involusi perkotaan. Banyaknya migran yang tidak terkontrol
membuat lahan-lahan bukan pemukiman terserobot menjadi pemukiman penduduk.
Akibatnya adalah rencana tata ruang tidak berjalan dengan baik.
Beny Darmawan dan Chatib (2007) meneliti tentang pola migrasi antar
provinsi di Indonesia.Variabel yang digunakan adalah Produk Domesti Regional
Bruto (PDRB), Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Angka Pengangguran. Hasil
penelitian tersebut menggambarkan bahwa para migran cenderung menuju ke
provinsi dengan angka PDRB lelbih besar dari daerah asal. Migran juga lebih
memilih daerah tujuan untuk bermigrasi yang memiliki angka pengangguran lebih
rendah dari daerah asal. Hasil yang tidak sesuai dengan teori adalah para migran
di Indonesia cenderung lebih memilih daerah tujuan yang memiliki UMP lebih
rendah dari daerah asal.
Mantra (1992) juga meneliti tentang pola migrasi di Indonesia. Pada
awalnya, arus migrasi di Indonesia sebelum tahun 1985 didominasi penduduk Pulau
Sumatera dan Pulau Jawa saja. Faktor kedekatan geografis menjadi penyebab
mendominasinya penduduk dua pulau tersebut melakukan migrasi. Seiring
berjalannya pembangunan diwilayah Indonesia bagian utara yaitu Pulau Kalimanta
serta Pulau Sulawesi, maka arus migrasi ke daerah utara dan timur mulai
bergeliat. Penelitian Mantra memberikan gambaran kepada kita bahwa pembangunan
bisa mempengaruhi minat penduduk untuk mencoba merantau kedaerah yang baru
dibangun tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Monanisa dimana daerah
pemekaran juga menjadi daerah tujuan migrasi.
Daftar Pustaka
Adi A, Subhan., Nanik Istiyani, Andjar Widjajanti.
2017. Faktor Pendorong Dan Penarik
Penduduk Migran Kota Bekasi Ke Jakarta. e-Journal Ekonomi
Bisnis Dan Akutansi , 2017, Volume IV (1) : 79 – 82.
Al Ghifari, Muhammad. 2018. Kebijakan Pemerintah Jerman Menangani Peningkatan Angka Kriminalitas Pencari Suaka sebagai
Dampak dari Open Door Policy. UNDIP: Semarang. Journal of International
Relations, Volume 4, Nomor 3, 2018, hal 629-634
Armoyu,
Muhammad. 2015. Prilaku Migrasi Tenaga Kerja pada Daerah Tertinggal. HUMAN FALAH:
Volume 2. No. 1 Januari – Juni 2015
Beny
Darmawan, Chotib. 2007. PERKIRAAN POLA MIGRASI ANTARPROVINSI DI INDONESIA
BERDASARKAN “INDEKS KETERTARIKAN EKONOMI” Sumber:http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_10/Referensi_paper/Darmawan_2007_Perkiraan_Pola_Migrasi_Antarprovinsi_Di_Indonesia_Berdasarkan_Indeks_Ketertarikan_Ekonomi.pdf
Hs,
Sunarto. 1991. Dampak Migrasi Sirkuler
Terhadap Desa Asal Migran. POPULASI, 2(2), 1991
Ikhsan dan Muhammad Wali. 2014. Analisis Migrasi
Ke Kota Banda Aceh. Jurnal Ekonomi
Dan Kebijak Publik Indonesia.
Volume 1
Nomor 1, Mei 2014
Mantra, Ida Bagoes. 1992. Pola Dan
Arah Migrasi Penduduk Antarpropinsi Di Indonesia Tahun 1990. Populasi, 2(3).
Monanisa,
Bambang Bemby Soebyakto, Lili Erina. 2013. Analisis
Alasan Migrasi Masuk Di Kota Muara Dua Kabupaten OKU Selatan Setelah Pemekaran
Wilayah. Demography Journal
of Sriwijaya. Vol 1 No 1 (2013): Vol 1, No 1 (2013). Sumber: http://ejournal-pps.unsri.ac.id/index.php/dejos/article/view/6
Purnomo,
Didit dan Chuzaimah. 2004. Studi Tentang
Niatan Menetap Migran Sirkuler (Kasus Migran Sirkuler Asal Wonogiri Ke Jakarta).
Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.5 No.2 Desember 2004.
Putra,
Rizky Ramadhan Eka dan Tri Achmadi. 2013. Analisis
Hubungan Pola Migrasi Penduduk dengan Transportasi Laut (Studi Kasus: Jawa –
Kalimantan). Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1
Didit Purnomo. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja Dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah
Asal: Studi Empiris Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol. 10, No.1, Juni 2009, hal. 84 - 102
Santoso,
Insaf. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi Penduduk Indonesia antara Tahun 2000-2007
(Analisis Data IFLS 2000 dan 2007). Tesis tidak diterbitkan. PPs-UI.
Soemitro,
Sutyastie dan Priyono Tjiptohariyanto. 1998. Pemberdayaan Penduduk Dan
Peningkatan Kualitas SDM.
Jakarta: PT. Cita Putra Bangsa.
Sudibia,
I K., Dayuh Rimbawan, I N., Adnyana, IB. 2012. Pola Migrasi Dan Karakteristik
Migran Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010 Di Provinsi Bali. PIRAMIDA Vol. VIII No. 2 : 59 – 75
Wilonoyudho, Saratri . 2014. Migrasi
Dan Involusi Di Kota Semarang. J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret.
2014: 114-120
No comments:
Post a Comment