Sunday, March 3, 2019

Kumpulan Literatur Review Migrasi


 Sumber Gambar: http://genggaminternet.com

Faktor yang Mendorong Migrasi
Monanisa dkk (2011) meneliti karakteristik para migran yang masuk ke Kabupaten OKU Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas para migran memiliki motivasi bermigrasi ke Kabupaten OKU Selatan karena pekerjaan dan pendapatan.  Kebanyakan para migran berharap mendapatkan pekerjaan atau mendapatakan pendapatan yang lebih besar dari daerah asal. Penelitian tersebut memberikan informasi bahwa daerah otonom baru dianggap memiliki peluang lapangan pekerjaan yang lebih luas dan pendapatan yang lebih besar ketimbang daerah otonom lama. Pembangunan dan lowongan pekerjaan di pemerintahan maupun swasta dan BUMN menjadi asumsi bagi para migran bahwa daerah otonom yang baru mekar memiliki kesempatan yang lebih baik daripada darah asal.

Ikhsan dan Muhammad Wali (2014) meneliti perihal perilaku migrasi penduduk disekitar Kota Banda Aceh menuju Banda Aceh. Hasilnya tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan Monanisa, faktor mencari pekerjaan dan berharap mendapatkan pendapatan yang lebih besar masih dominan menjadi alasan seseorang melakukan migrasi. Hal ini menjadi menarik karena beberapa migran di Banda Aceh memiliki alasan lain yaitu ingin menikmati fasilitas yang lebih baik seperti sarana publik dan pendidikan. Jika penelitian Monanisa memberikan informasi bahwa daerah otonom baru merupakan tujuan para migran, maka penelitian Ikhsan dan Muhammad Wali menunjukan bahwa ibu kota provinsi juga memiliki magnet untuk menarik para migran.
Subhan Adi K dkk (2017) menganalisis motivasi penduduk Kota Bekasi bermigrasi ke Jakarta karena tiga alasan yaitu pendidikan, ekonomi, dan transportasi. Transportasi menjadi faktor paling berpengaruh untuk penduduk Kota Bekasi melakukan migrasi. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa ibu kota negara memiliki daya tarik sebagai daerah tujuan migrasi.
Dampak Migrasi
Aulisa dan Iwan (2013) meneliti tentang migrasi terhadap pengembangan desa di Kecamatan Kedung Jati. Hasil penelitian tersebut adalah sekitar 60 persen pendapatan migran dikirim ke kampung halaman atau biasa disebut remitan. Remiten pada umumnya digunakan oleh anggota keluarga di kampung halaman untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dampak yang positif bagi perilaku migran di Kecamatan Kedung Jati, setidaknya dengan adanya migrasi kesejahteraan penduduk di Kecamatan Kedung Jati menjadi lebih baik.
Sejalan penelitian Aulisa dan Iwan, Sunarto Hs (1991) juga meneliti dampak migrasi sirkuler. Sunarto memaparkan bahwa ada beberapa manfaat yang dihasilkan dari migrasi sirkuler antara lain meningkatkan kesejahteraan rumahtangga dan memperbesar volume peredaran uang di pedesaan. Karakteristik para migran rata-rata adalah berusia produktif dari kalangan ekonomi bawah.
Didit Purnomo (2009) juga meneliti tentang peran yang dihasilkan oleh migran bagi daerah asal. Lokasi penelitian yang diambil adalah di Kabupaten Wonogiri. Para migran dari Wonogiri juga mengirimkan hasil jerih payahnya diperantauan ke kampung halaman. Rata-rata para migran dari Wonogiri memiliki tanggungan keluarga di kampung halaman sebanyak 12 orang.
Pola Migrasi
Otonomi daerah yang diberlakukan sejak tahun 2000 membuat Provinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pertumbuhan ekonomi yang pesat tersebut membuat struktur perekonomian bertransformasi dari pertanian menjadi industri. Kondisi tersebut menyebabkan adanya migrasi penduduk usia produktif menuju daerah-daerah pusat industri di Jawa Timur kejadian tersebut sring disebut brain drain (Muhammad Armoyu, 2015).
Kemajuan transportasi laut berpengengaruh terhadap tingkat migrasi (Rizky Ramadhan Eka Putra dan Tri Achmadi, 2013). Ketersediaan transportasi laut mendukung pelaksanaan migrasi, semakin baik jaringan transportasi laut arus migrasi akan semakin besar.
Sudibia dkk (2012) meneliti tentang pola dan karakteristik migrasi yang terjadi di Pulau Bali. Sudibia mengungkapkan bahwa hampir seluruh provinsi di Indonesia turut menyumbang migrasi masuk ke Provinsi Bali, bahkan luar negeri juga turut menyumbang. Provinsi Jawa Timur mendominasi jumlah migran di Bali dengan persentase lebih dari 50 persen. Penelitian ini menunjukan bahwa daya tari pariwisata yang menyediakan banyak lapangan kerja membuat Provinsi Bali menjadi daerah tujuan migrasi penduduk seluruh provinsi di Indonesia.
Saratri Wilonoyudho (2014) mencermati dampak adanya migrasi dari sudut pandang daerah tujuan yaitu Kota Semarang. Para migran yang datang ke Kota Semarang dengan keterbatasan mampu menciptkan jenis pekerjaan baru, sehingga terjadi semacam involusi perkotaan. Banyaknya migran yang tidak terkontrol membuat lahan-lahan bukan pemukiman terserobot menjadi pemukiman penduduk. Akibatnya adalah rencana tata ruang tidak berjalan dengan baik.
Beny Darmawan dan Chatib (2007) meneliti tentang pola migrasi antar provinsi di Indonesia.Variabel yang digunakan adalah Produk Domesti Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Angka Pengangguran. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa para migran cenderung menuju ke provinsi dengan angka PDRB lelbih besar dari daerah asal. Migran juga lebih memilih daerah tujuan untuk bermigrasi yang memiliki angka pengangguran lebih rendah dari daerah asal. Hasil yang tidak sesuai dengan teori adalah para migran di Indonesia cenderung lebih memilih daerah tujuan yang memiliki UMP lebih rendah dari daerah asal.
Mantra (1992) juga meneliti tentang pola migrasi di Indonesia. Pada awalnya, arus migrasi di Indonesia sebelum tahun 1985 didominasi penduduk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa saja. Faktor kedekatan geografis menjadi penyebab mendominasinya penduduk dua pulau tersebut melakukan migrasi. Seiring berjalannya pembangunan diwilayah Indonesia bagian utara yaitu Pulau Kalimanta serta Pulau Sulawesi, maka arus migrasi ke daerah utara dan timur mulai bergeliat. Penelitian Mantra memberikan gambaran kepada kita bahwa pembangunan bisa mempengaruhi minat penduduk untuk mencoba merantau kedaerah yang baru dibangun tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Monanisa dimana daerah pemekaran juga menjadi daerah tujuan migrasi. 

Daftar Pustaka


Adi A, Subhan., Nanik Istiyani, Andjar Widjajanti. 2017. Faktor Pendorong Dan Penarik Penduduk Migran Kota Bekasi Ke Jakarta. e-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akutansi , 2017, Volume IV (1) : 79 – 82.
Al Ghifari, Muhammad. 2018. Kebijakan Pemerintah Jerman Menangani Peningkatan  Angka Kriminalitas Pencari Suaka sebagai Dampak dari Open Door Policy. UNDIP: Semarang. Journal of International Relations, Volume 4, Nomor 3, 2018, hal 629-634
Armoyu, Muhammad. 2015. Prilaku Migrasi Tenaga Kerja pada Daerah Tertinggal. HUMAN FALAH: Volume 2. No. 1 Januari – Juni 2015
Hs, Sunarto. 1991. Dampak Migrasi Sirkuler Terhadap Desa Asal Migran. POPULASI, 2(2), 1991
Ikhsan dan Muhammad Wali. 2014. Analisis Migrasi Ke Kota Banda Aceh. Jurnal Ekonomi Dan Kebijak Publik Indonesia. Volume 1 Nomor 1, Mei 2014
Mantra, Ida Bagoes. 1992. Pola Dan Arah Migrasi Penduduk Antarpropinsi Di Indonesia Tahun 1990. Populasi, 2(3).
Monanisa, Bambang Bemby Soebyakto, Lili Erina. 2013. Analisis Alasan Migrasi Masuk Di Kota Muara Dua Kabupaten OKU Selatan Setelah Pemekaran Wilayah. Demography Journal of Sriwijaya. Vol 1 No 1 (2013): Vol 1, No 1 (2013). Sumber: http://ejournal-pps.unsri.ac.id/index.php/dejos/article/view/6
Purnomo, Didit dan Chuzaimah. 2004. Studi Tentang Niatan Menetap Migran Sirkuler (Kasus Migran Sirkuler Asal Wonogiri Ke Jakarta). Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.5 No.2 Desember 2004.
Putra, Rizky Ramadhan Eka dan Tri Achmadi. 2013. Analisis Hubungan Pola Migrasi Penduduk dengan Transportasi Laut (Studi Kasus: Jawa – Kalimantan). Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1
Didit Purnomo. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja Dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal: Studi Empiris Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 10, No.1, Juni 2009, hal. 84 - 102
Santoso, Insaf. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi Penduduk Indonesia antara Tahun 2000-2007 (Analisis Data IFLS 2000 dan 2007). Tesis tidak diterbitkan. PPs-UI.
Soemitro, Sutyastie dan Priyono Tjiptohariyanto. 1998. Pemberdayaan Penduduk Dan Peningkatan Kualitas SDM. Jakarta: PT. Cita Putra Bangsa.
Sudibia, I K., Dayuh Rimbawan, I N., Adnyana, IB. 2012. Pola Migrasi Dan Karakteristik Migran Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010 Di Provinsi Bali. PIRAMIDA Vol. VIII No. 2 : 59 – 75
Wilonoyudho, Saratri . 2014. Migrasi Dan Involusi Di Kota Semarang. J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret. 2014: 114-120 



No comments:

Post a Comment

Kumpulan Literatur Review Migrasi


 Sumber Gambar: http://genggaminternet.com

Faktor yang Mendorong Migrasi
Monanisa dkk (2011) meneliti karakteristik para migran yang masuk ke Kabupaten OKU Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas para migran memiliki motivasi bermigrasi ke Kabupaten OKU Selatan karena pekerjaan dan pendapatan.  Kebanyakan para migran berharap mendapatkan pekerjaan atau mendapatakan pendapatan yang lebih besar dari daerah asal. Penelitian tersebut memberikan informasi bahwa daerah otonom baru dianggap memiliki peluang lapangan pekerjaan yang lebih luas dan pendapatan yang lebih besar ketimbang daerah otonom lama. Pembangunan dan lowongan pekerjaan di pemerintahan maupun swasta dan BUMN menjadi asumsi bagi para migran bahwa daerah otonom yang baru mekar memiliki kesempatan yang lebih baik daripada darah asal.

Ikhsan dan Muhammad Wali (2014) meneliti perihal perilaku migrasi penduduk disekitar Kota Banda Aceh menuju Banda Aceh. Hasilnya tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan Monanisa, faktor mencari pekerjaan dan berharap mendapatkan pendapatan yang lebih besar masih dominan menjadi alasan seseorang melakukan migrasi. Hal ini menjadi menarik karena beberapa migran di Banda Aceh memiliki alasan lain yaitu ingin menikmati fasilitas yang lebih baik seperti sarana publik dan pendidikan. Jika penelitian Monanisa memberikan informasi bahwa daerah otonom baru merupakan tujuan para migran, maka penelitian Ikhsan dan Muhammad Wali menunjukan bahwa ibu kota provinsi juga memiliki magnet untuk menarik para migran.
Subhan Adi K dkk (2017) menganalisis motivasi penduduk Kota Bekasi bermigrasi ke Jakarta karena tiga alasan yaitu pendidikan, ekonomi, dan transportasi. Transportasi menjadi faktor paling berpengaruh untuk penduduk Kota Bekasi melakukan migrasi. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa ibu kota negara memiliki daya tarik sebagai daerah tujuan migrasi.
Dampak Migrasi
Aulisa dan Iwan (2013) meneliti tentang migrasi terhadap pengembangan desa di Kecamatan Kedung Jati. Hasil penelitian tersebut adalah sekitar 60 persen pendapatan migran dikirim ke kampung halaman atau biasa disebut remitan. Remiten pada umumnya digunakan oleh anggota keluarga di kampung halaman untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dampak yang positif bagi perilaku migran di Kecamatan Kedung Jati, setidaknya dengan adanya migrasi kesejahteraan penduduk di Kecamatan Kedung Jati menjadi lebih baik.
Sejalan penelitian Aulisa dan Iwan, Sunarto Hs (1991) juga meneliti dampak migrasi sirkuler. Sunarto memaparkan bahwa ada beberapa manfaat yang dihasilkan dari migrasi sirkuler antara lain meningkatkan kesejahteraan rumahtangga dan memperbesar volume peredaran uang di pedesaan. Karakteristik para migran rata-rata adalah berusia produktif dari kalangan ekonomi bawah.
Didit Purnomo (2009) juga meneliti tentang peran yang dihasilkan oleh migran bagi daerah asal. Lokasi penelitian yang diambil adalah di Kabupaten Wonogiri. Para migran dari Wonogiri juga mengirimkan hasil jerih payahnya diperantauan ke kampung halaman. Rata-rata para migran dari Wonogiri memiliki tanggungan keluarga di kampung halaman sebanyak 12 orang.
Pola Migrasi
Otonomi daerah yang diberlakukan sejak tahun 2000 membuat Provinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pertumbuhan ekonomi yang pesat tersebut membuat struktur perekonomian bertransformasi dari pertanian menjadi industri. Kondisi tersebut menyebabkan adanya migrasi penduduk usia produktif menuju daerah-daerah pusat industri di Jawa Timur kejadian tersebut sring disebut brain drain (Muhammad Armoyu, 2015).
Kemajuan transportasi laut berpengengaruh terhadap tingkat migrasi (Rizky Ramadhan Eka Putra dan Tri Achmadi, 2013). Ketersediaan transportasi laut mendukung pelaksanaan migrasi, semakin baik jaringan transportasi laut arus migrasi akan semakin besar.
Sudibia dkk (2012) meneliti tentang pola dan karakteristik migrasi yang terjadi di Pulau Bali. Sudibia mengungkapkan bahwa hampir seluruh provinsi di Indonesia turut menyumbang migrasi masuk ke Provinsi Bali, bahkan luar negeri juga turut menyumbang. Provinsi Jawa Timur mendominasi jumlah migran di Bali dengan persentase lebih dari 50 persen. Penelitian ini menunjukan bahwa daya tari pariwisata yang menyediakan banyak lapangan kerja membuat Provinsi Bali menjadi daerah tujuan migrasi penduduk seluruh provinsi di Indonesia.
Saratri Wilonoyudho (2014) mencermati dampak adanya migrasi dari sudut pandang daerah tujuan yaitu Kota Semarang. Para migran yang datang ke Kota Semarang dengan keterbatasan mampu menciptkan jenis pekerjaan baru, sehingga terjadi semacam involusi perkotaan. Banyaknya migran yang tidak terkontrol membuat lahan-lahan bukan pemukiman terserobot menjadi pemukiman penduduk. Akibatnya adalah rencana tata ruang tidak berjalan dengan baik.
Beny Darmawan dan Chatib (2007) meneliti tentang pola migrasi antar provinsi di Indonesia.Variabel yang digunakan adalah Produk Domesti Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Angka Pengangguran. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa para migran cenderung menuju ke provinsi dengan angka PDRB lelbih besar dari daerah asal. Migran juga lebih memilih daerah tujuan untuk bermigrasi yang memiliki angka pengangguran lebih rendah dari daerah asal. Hasil yang tidak sesuai dengan teori adalah para migran di Indonesia cenderung lebih memilih daerah tujuan yang memiliki UMP lebih rendah dari daerah asal.
Mantra (1992) juga meneliti tentang pola migrasi di Indonesia. Pada awalnya, arus migrasi di Indonesia sebelum tahun 1985 didominasi penduduk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa saja. Faktor kedekatan geografis menjadi penyebab mendominasinya penduduk dua pulau tersebut melakukan migrasi. Seiring berjalannya pembangunan diwilayah Indonesia bagian utara yaitu Pulau Kalimanta serta Pulau Sulawesi, maka arus migrasi ke daerah utara dan timur mulai bergeliat. Penelitian Mantra memberikan gambaran kepada kita bahwa pembangunan bisa mempengaruhi minat penduduk untuk mencoba merantau kedaerah yang baru dibangun tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Monanisa dimana daerah pemekaran juga menjadi daerah tujuan migrasi. 

Daftar Pustaka


Adi A, Subhan., Nanik Istiyani, Andjar Widjajanti. 2017. Faktor Pendorong Dan Penarik Penduduk Migran Kota Bekasi Ke Jakarta. e-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akutansi , 2017, Volume IV (1) : 79 – 82.
Al Ghifari, Muhammad. 2018. Kebijakan Pemerintah Jerman Menangani Peningkatan  Angka Kriminalitas Pencari Suaka sebagai Dampak dari Open Door Policy. UNDIP: Semarang. Journal of International Relations, Volume 4, Nomor 3, 2018, hal 629-634
Armoyu, Muhammad. 2015. Prilaku Migrasi Tenaga Kerja pada Daerah Tertinggal. HUMAN FALAH: Volume 2. No. 1 Januari – Juni 2015
Hs, Sunarto. 1991. Dampak Migrasi Sirkuler Terhadap Desa Asal Migran. POPULASI, 2(2), 1991
Ikhsan dan Muhammad Wali. 2014. Analisis Migrasi Ke Kota Banda Aceh. Jurnal Ekonomi Dan Kebijak Publik Indonesia. Volume 1 Nomor 1, Mei 2014
Mantra, Ida Bagoes. 1992. Pola Dan Arah Migrasi Penduduk Antarpropinsi Di Indonesia Tahun 1990. Populasi, 2(3).
Monanisa, Bambang Bemby Soebyakto, Lili Erina. 2013. Analisis Alasan Migrasi Masuk Di Kota Muara Dua Kabupaten OKU Selatan Setelah Pemekaran Wilayah. Demography Journal of Sriwijaya. Vol 1 No 1 (2013): Vol 1, No 1 (2013). Sumber: http://ejournal-pps.unsri.ac.id/index.php/dejos/article/view/6
Purnomo, Didit dan Chuzaimah. 2004. Studi Tentang Niatan Menetap Migran Sirkuler (Kasus Migran Sirkuler Asal Wonogiri Ke Jakarta). Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.5 No.2 Desember 2004.
Putra, Rizky Ramadhan Eka dan Tri Achmadi. 2013. Analisis Hubungan Pola Migrasi Penduduk dengan Transportasi Laut (Studi Kasus: Jawa – Kalimantan). Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1
Didit Purnomo. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja Dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal: Studi Empiris Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 10, No.1, Juni 2009, hal. 84 - 102
Santoso, Insaf. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi Penduduk Indonesia antara Tahun 2000-2007 (Analisis Data IFLS 2000 dan 2007). Tesis tidak diterbitkan. PPs-UI.
Soemitro, Sutyastie dan Priyono Tjiptohariyanto. 1998. Pemberdayaan Penduduk Dan Peningkatan Kualitas SDM. Jakarta: PT. Cita Putra Bangsa.
Sudibia, I K., Dayuh Rimbawan, I N., Adnyana, IB. 2012. Pola Migrasi Dan Karakteristik Migran Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010 Di Provinsi Bali. PIRAMIDA Vol. VIII No. 2 : 59 – 75
Wilonoyudho, Saratri . 2014. Migrasi Dan Involusi Di Kota Semarang. J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret. 2014: 114-120 



No comments:

Post a Comment