Modal
keahlian yang didapat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Aceh belum cukup
handal mengurangi angka pengangguran. Padahal harapan didirikannya SMK adalah
menciptakan tenaga kerja yang memiliki skill khusus dan siap terjun didunia
kerja dalam usia dini. Faktanya, data yang dirilis BPS Aceh pada bulan Agustus
2017 lalu menunjukan bahwa lulusan SMK paling berpeluang menjadi pengangguran
jika dibandingkan lulusan jenjang pendidikan lainnya.
Sebesar
10,95 persen dari penduduk Aceh yang berpendidikan SMK menganggur. Angka ini
menunjukan bahwa setiap 1 dari 10 penduduk Aceh yang memiliki jenjang
pendidikan SMK akan bernasib sebagai pengangguran. Ironisnya adalah lulusan SMK
di Aceh kalah pamor jika dibandingkan penduduk yang hanya menamatkan jenjang
pendidikan Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang notabene secara skill kedua
jenjang pendidikan ini masih dibawah SMK.
Memang
cukup mengejutkan bahwa tingkat pengangguran di Aceh untuk jejang pendidikan SD
adalah hanya 2,32 persen sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP adalah 4,53
persen. Angka tersebut menggambarkan bahwa dari sekitar 50 orang lulusan SD di
Aceh hanya 1 orang yang menganggur. Sedangkan untuk jenjang SMP, dari sekitar
20 orang lulusan SMP hanya 1 orang yang menganggur. Keadaan ini jelas
menggambarkan bahwa pasar tenaga kerja di Aceh masih lebih membutuhkan tenaga
kerja yang tidak membutuhkan skill, namun lebih kepada pekerjaan yang
membutuhkan tenaga fisik.
Tentu
saja hal ini sejalan dengan struktur perekonomian Aceh yang masih didominasi
oleh sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan yang angkanya mencapai
sepertiga dari perekonomian Aceh. Sektor Perdagangan menjadi aktor terbesar
kedua menyumbang perekonomian Aceh, kemudian di tempat ketiga diduduki Sektor
konstruksi. Jika ketiganya digabungkan, maka nilainya mencapai 2/3 perekonomian
Aceh.
Bertumpu
pada sektor pertanian menandakan Aceh termasuk daerah berkembang. Keadaan ini
tidak boleh berlarut-larut. Perekonomian Aceh harus mulai bergeser menuju
Industrialisasi dan bergeliatnya jasa-jasa. Bermodalkan dana Otsus yang masih
akan bergulir sekitar 10 tahun lagi, Pemerintah Aceh bersama dengan rakyat
harus mulai berusaha menghidupkan jasa dan industri.
No comments:
Post a Comment