Friday, July 20, 2018

Mendorong Kreativitas Lulusan SMK di Aceh

Gambar: https://www.edunews.id



Modal keahlian yang didapat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Aceh belum cukup handal mengurangi angka pengangguran. Padahal harapan didirikannya SMK adalah menciptakan tenaga kerja yang memiliki skill khusus dan siap terjun didunia kerja dalam usia dini. Faktanya, data yang dirilis BPS Aceh pada bulan Agustus 2017 lalu menunjukan bahwa lulusan SMK paling berpeluang menjadi pengangguran jika dibandingkan lulusan jenjang pendidikan lainnya.

Sebesar 10,95 persen dari penduduk Aceh yang berpendidikan SMK menganggur. Angka ini menunjukan bahwa setiap 1 dari 10 penduduk Aceh yang memiliki jenjang pendidikan SMK akan bernasib sebagai pengangguran. Ironisnya adalah lulusan SMK di Aceh kalah pamor jika dibandingkan penduduk yang hanya menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama  (SMP) yang notabene secara skill kedua jenjang pendidikan ini masih dibawah SMK.

Memang cukup mengejutkan bahwa tingkat pengangguran di Aceh untuk jejang pendidikan SD adalah hanya 2,32 persen sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP adalah 4,53 persen. Angka tersebut menggambarkan bahwa dari sekitar 50 orang lulusan SD di Aceh hanya 1 orang yang menganggur. Sedangkan untuk jenjang SMP, dari sekitar 20 orang lulusan SMP hanya 1 orang yang menganggur. Keadaan ini jelas menggambarkan bahwa pasar tenaga kerja di Aceh masih lebih membutuhkan tenaga kerja yang tidak membutuhkan skill, namun lebih kepada pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik. 

Tentu saja hal ini sejalan dengan struktur perekonomian Aceh yang masih didominasi oleh sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan yang angkanya mencapai sepertiga dari perekonomian Aceh. Sektor Perdagangan menjadi aktor terbesar kedua menyumbang perekonomian Aceh, kemudian di tempat ketiga diduduki Sektor konstruksi. Jika ketiganya digabungkan, maka nilainya mencapai 2/3 perekonomian Aceh.

Bertumpu pada sektor pertanian menandakan Aceh termasuk daerah berkembang. Keadaan ini tidak boleh berlarut-larut. Perekonomian Aceh harus mulai bergeser menuju Industrialisasi dan bergeliatnya jasa-jasa. Bermodalkan dana Otsus yang masih akan bergulir sekitar 10 tahun lagi, Pemerintah Aceh bersama dengan rakyat harus mulai berusaha menghidupkan jasa dan industri.

Salah satu cara miningkatkan sektor jasa dalam perekonomian Aceh adalah memberikan penyuluhan kepada lulusan SMK agar mampu menjadi wirausaha. Kedepannya lulusan  SMK di Aceh tidak hanya sebagai pencari kerja, namun malah bisa menciptakan lapangan pekerjaan. 

No comments:

Post a Comment

Mendorong Kreativitas Lulusan SMK di Aceh

Gambar: https://www.edunews.id



Modal keahlian yang didapat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Aceh belum cukup handal mengurangi angka pengangguran. Padahal harapan didirikannya SMK adalah menciptakan tenaga kerja yang memiliki skill khusus dan siap terjun didunia kerja dalam usia dini. Faktanya, data yang dirilis BPS Aceh pada bulan Agustus 2017 lalu menunjukan bahwa lulusan SMK paling berpeluang menjadi pengangguran jika dibandingkan lulusan jenjang pendidikan lainnya.

Sebesar 10,95 persen dari penduduk Aceh yang berpendidikan SMK menganggur. Angka ini menunjukan bahwa setiap 1 dari 10 penduduk Aceh yang memiliki jenjang pendidikan SMK akan bernasib sebagai pengangguran. Ironisnya adalah lulusan SMK di Aceh kalah pamor jika dibandingkan penduduk yang hanya menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama  (SMP) yang notabene secara skill kedua jenjang pendidikan ini masih dibawah SMK.

Memang cukup mengejutkan bahwa tingkat pengangguran di Aceh untuk jejang pendidikan SD adalah hanya 2,32 persen sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP adalah 4,53 persen. Angka tersebut menggambarkan bahwa dari sekitar 50 orang lulusan SD di Aceh hanya 1 orang yang menganggur. Sedangkan untuk jenjang SMP, dari sekitar 20 orang lulusan SMP hanya 1 orang yang menganggur. Keadaan ini jelas menggambarkan bahwa pasar tenaga kerja di Aceh masih lebih membutuhkan tenaga kerja yang tidak membutuhkan skill, namun lebih kepada pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik. 

Tentu saja hal ini sejalan dengan struktur perekonomian Aceh yang masih didominasi oleh sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan yang angkanya mencapai sepertiga dari perekonomian Aceh. Sektor Perdagangan menjadi aktor terbesar kedua menyumbang perekonomian Aceh, kemudian di tempat ketiga diduduki Sektor konstruksi. Jika ketiganya digabungkan, maka nilainya mencapai 2/3 perekonomian Aceh.

Bertumpu pada sektor pertanian menandakan Aceh termasuk daerah berkembang. Keadaan ini tidak boleh berlarut-larut. Perekonomian Aceh harus mulai bergeser menuju Industrialisasi dan bergeliatnya jasa-jasa. Bermodalkan dana Otsus yang masih akan bergulir sekitar 10 tahun lagi, Pemerintah Aceh bersama dengan rakyat harus mulai berusaha menghidupkan jasa dan industri.

Salah satu cara miningkatkan sektor jasa dalam perekonomian Aceh adalah memberikan penyuluhan kepada lulusan SMK agar mampu menjadi wirausaha. Kedepannya lulusan  SMK di Aceh tidak hanya sebagai pencari kerja, namun malah bisa menciptakan lapangan pekerjaan. 

No comments:

Post a Comment