Monday, February 18, 2019

Alasan Saya Suka Menulis,,,,



Memiliki pekerjaan adalah anugerah sekaligus amanah dari Sang Pencipta kepada setiap insan manusia. Bahkan dalam ajaran Agama Islam, bekerja dengan tujuan mencari nafkah disejajarkan dengan berjihad di jalan ALLAH SWT. Seperti yang tertuang dalam hadist riwayat Ahmad berikut ini:


Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli).  Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” (HR. Ahmad)”

Untuk menjalankan amanah pekerjaan yang kita miliki, sudah sepantasnya setiap insan manusia bertanggung jawab memberikan yang terbaik. Layaknya seorang prajurit TNI, tentu saja kita semua mengetahui bahwa tugas pokok seorang prajurit TNI adalah menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lalu apakah kewajiban seorang prajurit sejati hanyalah bersiap siaga menghadapi ancaman dan gangguan? Tentu tidak, setiap prajurit berkewajiban menjaga fisiknya agar tetap prima dengan cara berlatih bersama setiap hari. Selain berlatih, para prajurit juga dibekali pemerintah uang lauk pauk dalam rangka menjamin pemenuhan gizi.  Meskipun tidak diwajibkan uang lauk pauk hanya untuk dikonsumsi prajurit, bisa saja prajurit menggunakan uang tersebut untuk membeli susu anaknya, Namun, seorang prajurit yang amanah akan mengotimalkan uang lauk pauk agar fisik mereka tetap prima dalam menjalankan tugas.

Sama halnya dengan prajurit TNI, seorang pegawai BPS juga memiliki tugas dan kewajiban pokok yang harus dijalani setiap harinya. Setiap level memiliki peran masing-masing, BPS Kabupaten/Kota biasanya berperan sebagai eksekutor dilapangan, BPS Provinsi sebagai pengawasan dan BPS Pusat mayoritas sebagai perencanaan dan pengawasan. Jika dirangkum, kegiatan BPS adalah merencanakan survei sampai dengan menyampaikan hasil survei ke publik melalui publikasi dan rilis. Sampai dengan kegiatan ini, jika kita bandingkan dengan seorang prajurit TNI maka mempublikasikan hasil survei dan rilis resmi setara dengan kegiatan seorang prajurit yang berjaga-jaga dari ancaman dan gangguan dari dalam maupun luar negeri.

Seorang pegawai BPS bisa disejajarkan dengan prajurit TNI yang rajin berlatih untuk menjaga fisik serta menjaga asupan gizinya dengan cara mengetahui data-data yang dimiliki dan dirilis BPS. Dewasa ini, masyarakat umum menuntut setiap insan BPS mengetahui seluk beluk data BPS, apapun posisi kita. Mulai dari KSK, staf administrasi sampai dengan Kepala BPS.

Untuk mendalami data-data BPS, lebih mantap jika seorang pegawai BPS mulai dibangkitkan jiwa menulisnya. Dengan menulis, seseorang akan terlatih mengaitkan antara data yang tersedia, fenomena dan bahkan teori-teori ilmu sosial maupun ekonomi. Syukur alhamdulillah, saat ini pegawai BPS dari Sabang sampai Merauke sudah mulai bergeliat dan semangat membunyikan data BPS melalui artikel opini di media masa. Ratusan penulis siap menjadi juru bicara jika data yang disajikan BPS menuai kritik dari masyarakat umum.

Animo semangat menulis opini di media masa pegawai BPS harus terus dijaga keberlanjutannya. Menulis diharapkan tidak menjadi beban tersendiri atau bahkan dianggap menambah beban pekerjaan. Menulis merupakan pekerjaan yang membuat bekerja di BPS lebih berwarna dan aplikatif. Setiap melihat kumpulan-kumpulan data yang ada di website BPS maupun pekerjaan dilapangan bisa menjadi ide sebuah tulisan. Bahkan obrolan dengan pasangan hidup dirumah bisa dikaitkan dengan statistik yang akhirnya bisa menjadi sebuah artikel.

Sebagai contoh, suatu ketika saya dan istri sedang menonton pertandingan basket di telvisi, singkat cerita pada saat itu saya ingin menulis opini menyambut hari statistik. Alhamdulillah dari obrolan santai dengan istri lahirlah sebuah artikel opini dengan judul “Pentingnya Data Statistik” yang diterbitkan Tribun Aceh bertepatan dengan HSN 2017. Dari sini terlihat bahwa ide menulis bisa saja datang dari keluarga tercinta. Menulis tidak membuat pekerjaan kita bertambah dan semakin memperlebar jarak dengan keluarga, namun menulis bisa membuat kita lebih menjiwai pekerjaan kita dan mendekatkan kita dengan keluarga. Karena ide menulis bisa muncul dari setiap interaksi yang kita lakukan. Sebagai penutup tulisan ini, penulis mengutip kalimat mutiara dari Ustadz Felix Siauw yaitu: “Aku belajar dan membaca agar umur orang lain berguna bagiku, dan aku menulis agar orang lain mengambil manfaat atas umurku”

No comments:

Post a Comment

Alasan Saya Suka Menulis,,,,



Memiliki pekerjaan adalah anugerah sekaligus amanah dari Sang Pencipta kepada setiap insan manusia. Bahkan dalam ajaran Agama Islam, bekerja dengan tujuan mencari nafkah disejajarkan dengan berjihad di jalan ALLAH SWT. Seperti yang tertuang dalam hadist riwayat Ahmad berikut ini:


Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli).  Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” (HR. Ahmad)”

Untuk menjalankan amanah pekerjaan yang kita miliki, sudah sepantasnya setiap insan manusia bertanggung jawab memberikan yang terbaik. Layaknya seorang prajurit TNI, tentu saja kita semua mengetahui bahwa tugas pokok seorang prajurit TNI adalah menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lalu apakah kewajiban seorang prajurit sejati hanyalah bersiap siaga menghadapi ancaman dan gangguan? Tentu tidak, setiap prajurit berkewajiban menjaga fisiknya agar tetap prima dengan cara berlatih bersama setiap hari. Selain berlatih, para prajurit juga dibekali pemerintah uang lauk pauk dalam rangka menjamin pemenuhan gizi.  Meskipun tidak diwajibkan uang lauk pauk hanya untuk dikonsumsi prajurit, bisa saja prajurit menggunakan uang tersebut untuk membeli susu anaknya, Namun, seorang prajurit yang amanah akan mengotimalkan uang lauk pauk agar fisik mereka tetap prima dalam menjalankan tugas.

Sama halnya dengan prajurit TNI, seorang pegawai BPS juga memiliki tugas dan kewajiban pokok yang harus dijalani setiap harinya. Setiap level memiliki peran masing-masing, BPS Kabupaten/Kota biasanya berperan sebagai eksekutor dilapangan, BPS Provinsi sebagai pengawasan dan BPS Pusat mayoritas sebagai perencanaan dan pengawasan. Jika dirangkum, kegiatan BPS adalah merencanakan survei sampai dengan menyampaikan hasil survei ke publik melalui publikasi dan rilis. Sampai dengan kegiatan ini, jika kita bandingkan dengan seorang prajurit TNI maka mempublikasikan hasil survei dan rilis resmi setara dengan kegiatan seorang prajurit yang berjaga-jaga dari ancaman dan gangguan dari dalam maupun luar negeri.

Seorang pegawai BPS bisa disejajarkan dengan prajurit TNI yang rajin berlatih untuk menjaga fisik serta menjaga asupan gizinya dengan cara mengetahui data-data yang dimiliki dan dirilis BPS. Dewasa ini, masyarakat umum menuntut setiap insan BPS mengetahui seluk beluk data BPS, apapun posisi kita. Mulai dari KSK, staf administrasi sampai dengan Kepala BPS.

Untuk mendalami data-data BPS, lebih mantap jika seorang pegawai BPS mulai dibangkitkan jiwa menulisnya. Dengan menulis, seseorang akan terlatih mengaitkan antara data yang tersedia, fenomena dan bahkan teori-teori ilmu sosial maupun ekonomi. Syukur alhamdulillah, saat ini pegawai BPS dari Sabang sampai Merauke sudah mulai bergeliat dan semangat membunyikan data BPS melalui artikel opini di media masa. Ratusan penulis siap menjadi juru bicara jika data yang disajikan BPS menuai kritik dari masyarakat umum.

Animo semangat menulis opini di media masa pegawai BPS harus terus dijaga keberlanjutannya. Menulis diharapkan tidak menjadi beban tersendiri atau bahkan dianggap menambah beban pekerjaan. Menulis merupakan pekerjaan yang membuat bekerja di BPS lebih berwarna dan aplikatif. Setiap melihat kumpulan-kumpulan data yang ada di website BPS maupun pekerjaan dilapangan bisa menjadi ide sebuah tulisan. Bahkan obrolan dengan pasangan hidup dirumah bisa dikaitkan dengan statistik yang akhirnya bisa menjadi sebuah artikel.

Sebagai contoh, suatu ketika saya dan istri sedang menonton pertandingan basket di telvisi, singkat cerita pada saat itu saya ingin menulis opini menyambut hari statistik. Alhamdulillah dari obrolan santai dengan istri lahirlah sebuah artikel opini dengan judul “Pentingnya Data Statistik” yang diterbitkan Tribun Aceh bertepatan dengan HSN 2017. Dari sini terlihat bahwa ide menulis bisa saja datang dari keluarga tercinta. Menulis tidak membuat pekerjaan kita bertambah dan semakin memperlebar jarak dengan keluarga, namun menulis bisa membuat kita lebih menjiwai pekerjaan kita dan mendekatkan kita dengan keluarga. Karena ide menulis bisa muncul dari setiap interaksi yang kita lakukan. Sebagai penutup tulisan ini, penulis mengutip kalimat mutiara dari Ustadz Felix Siauw yaitu: “Aku belajar dan membaca agar umur orang lain berguna bagiku, dan aku menulis agar orang lain mengambil manfaat atas umurku”

No comments:

Post a Comment