Sunday, September 9, 2018

Penyebab Gaduhnya Politik Di Indonesia

Kita memang tidak tahu seberapa gaduhnya perpolitikan di negaran lain, yang jelas di Indonesia sejak pilpres 2014 sampai saat ini selalu gaduh dan seakan terpecah menjadi dua kubu yaitu projokowi dan prabowo.

Bisa jadi karena tahun 2014 adalah pemilu sekaligus pilpres pertama dimana media sosial sudah digandrungin masyarakat Indonesia.

Namun ada faktor lain yang menyebabkan kegaduhan ini, yaitu pendidikan di Indonesia yang memang ujung ujungnya menghasilkan para pakar/pengamat saja, bukan menghasilkan ilmuan yang pada saat menamatkan pendidikan jenjang s1 atau s2 bahkan s3 akan sibuk bekerja dibandingkan mengamati kinerja pemerintah.

Tidak bermaksud menyudutkan suatu sekolah, sebut saja jurusan ekonomi, ya jurusan ini hampir tersedia diseluruh kabupaten kota di Indonesia untuk jenjang s1.

Hemat saya, jurusan ini ya tentu saja akan melahirkan seorang ekonom, jika dia bekerja sebagai aparat pemerintah, maka dia akan menjalankan fungsinya sesuai dengan ilmunya, namun yang terjadi saat ini adalah lulusan jurusan ini sangat besar dan nyaria tidak tertampung dilapangan kerja.  Alhasil, mereka akan menjadi pengamat ekonom dadakan.

Tidak hanya jurusan ekonomi saja, masih banyak jurusan jurusan perkuliahan jaman now yang menjadi favorit, namun dirasakan jumlahnya sudah terlalu banyak.

Sebelum terlambat,  ada baiknya pemerintah membenahi sistem pendidikan saat ini dengan mengarahkan jurusan perkuliahan yang lebih ilmiah. Fakultas teknik elektro, teknologi informasi yang lulusannya berpeluang besar menciptakan lapangan kerja diperluas lagi.  Jika perlu, untuk beasiawa keluar negri dibatasi hanya untuk jurusan jurusan yang akan mencetak ilmuan saja.
Semoga ide ini bisa mengurangi kegaduhan politik di Indonesia saat ini.

No comments:

Post a Comment

Penyebab Gaduhnya Politik Di Indonesia

Kita memang tidak tahu seberapa gaduhnya perpolitikan di negaran lain, yang jelas di Indonesia sejak pilpres 2014 sampai saat ini selalu gaduh dan seakan terpecah menjadi dua kubu yaitu projokowi dan prabowo.

Bisa jadi karena tahun 2014 adalah pemilu sekaligus pilpres pertama dimana media sosial sudah digandrungin masyarakat Indonesia.

Namun ada faktor lain yang menyebabkan kegaduhan ini, yaitu pendidikan di Indonesia yang memang ujung ujungnya menghasilkan para pakar/pengamat saja, bukan menghasilkan ilmuan yang pada saat menamatkan pendidikan jenjang s1 atau s2 bahkan s3 akan sibuk bekerja dibandingkan mengamati kinerja pemerintah.

Tidak bermaksud menyudutkan suatu sekolah, sebut saja jurusan ekonomi, ya jurusan ini hampir tersedia diseluruh kabupaten kota di Indonesia untuk jenjang s1.

Hemat saya, jurusan ini ya tentu saja akan melahirkan seorang ekonom, jika dia bekerja sebagai aparat pemerintah, maka dia akan menjalankan fungsinya sesuai dengan ilmunya, namun yang terjadi saat ini adalah lulusan jurusan ini sangat besar dan nyaria tidak tertampung dilapangan kerja.  Alhasil, mereka akan menjadi pengamat ekonom dadakan.

Tidak hanya jurusan ekonomi saja, masih banyak jurusan jurusan perkuliahan jaman now yang menjadi favorit, namun dirasakan jumlahnya sudah terlalu banyak.

Sebelum terlambat,  ada baiknya pemerintah membenahi sistem pendidikan saat ini dengan mengarahkan jurusan perkuliahan yang lebih ilmiah. Fakultas teknik elektro, teknologi informasi yang lulusannya berpeluang besar menciptakan lapangan kerja diperluas lagi.  Jika perlu, untuk beasiawa keluar negri dibatasi hanya untuk jurusan jurusan yang akan mencetak ilmuan saja.
Semoga ide ini bisa mengurangi kegaduhan politik di Indonesia saat ini.

No comments:

Post a Comment