Monday, July 23, 2018

Angka Kemiskinan dan Latahnya Politisi Oposisi




Setiap tahun kejadian meributkan Garis Kemiskinan (GK) berulang terus. Tidak heran karena GK merupakan cikal bakal terbentuknya persentase jumlah penduduk miskin. Banyak sekali pihak yang menganggap GK sebesar Rp 401.220,- setiap orang perbulan terlalu rendah.

Terlepas dari rasionalkah GK sebesar 401.220, penulis menganggap keributan penetuan batas orang miskin ini sebagai bentuk kelatahan para politikus oposisi pemerintah dalam hal mengkritisi kinerja pemerintahan. Apalagi persentase penduduk miskin yang baru dirilis Badan Pusat Statistik beberapa hari yang lalu hanya mencapai 1 digit dan kejadian ini adalah yang pertama sejak Indonesia merdeka.

Kondisi inilah mungkin menyebabkan para politikus oposisi gerah, akhirnya dengan segala keramaian yang ada di medsos, viralah perihal Garis Kemiskinan yang dirasakan tidak rasional. Bahkan beberapa orang yang kreatif dalam hal membuat meme langsung membuat karya-karya terbaik mereka untuk mengkritisi Angka Garis Kemiskinan yang hanya bernilai 400 ribu rupiah. Diartikel ini penulis tidak akan menjelaskan apakah angka tersebut sudah rasional atau belum, karena sudah banyak pakar yang menjelaskan perihal Garis Kemiskinan.

Penulis hanya mengajak kepada pembaca bahwa marilah kita berpikir jernih bahwa Garis Kemiskinan yang telah dihitung BPS bukanlah angka yang keluar tiba-tiba. BPS tentunya memiliki metode dan data yang akurat untuk mengeluarkan angka tersebut.

Alangkah baiknya jika pihak-pihak yang merasa angka garis kemiskinan tersebut tidak rasional, silahkan mengkritisi secara ilmiah dengan mengajukan garis kemiskinan yang menurut pembaca lebih rasional, tentunya lengkap dengan metode yang ilmiah juga.

Untuk para politisi oposisi, sebetulnya masih banyak celah untuk mengkritisi kinerja pemerintahan selain angka kemiskinan. Sebagai pengetahuan pembaca, pemerintah mulai dari zaman Soeharto sampai dengan Jokowi sangat rajin memberikan bantuan kepada masyarakat, mulai dari bantuan rumah, bantuan bibit, benih, bantuan uang sekolah dan lain-lain. Artinya akan menjadi lucu jika banyaknya bantuan yang sudah banyak digelontorkan tidak mengurangi jumlah penduduk miskin.

Sebagai penutup tulisan ini penulis hanya ingin memberikan saran kepada para politisi oposisi, kritiklah pemerintah dengan data yang akurat, contoh nyata adalah hutang negara membengkak sejak era pemerintahan jokowi, mungkin topik inilah yang cocok sebagai amunisi ampuh para oposisi mengkritik pemerintahan.

No comments:

Post a Comment

Angka Kemiskinan dan Latahnya Politisi Oposisi




Setiap tahun kejadian meributkan Garis Kemiskinan (GK) berulang terus. Tidak heran karena GK merupakan cikal bakal terbentuknya persentase jumlah penduduk miskin. Banyak sekali pihak yang menganggap GK sebesar Rp 401.220,- setiap orang perbulan terlalu rendah.

Terlepas dari rasionalkah GK sebesar 401.220, penulis menganggap keributan penetuan batas orang miskin ini sebagai bentuk kelatahan para politikus oposisi pemerintah dalam hal mengkritisi kinerja pemerintahan. Apalagi persentase penduduk miskin yang baru dirilis Badan Pusat Statistik beberapa hari yang lalu hanya mencapai 1 digit dan kejadian ini adalah yang pertama sejak Indonesia merdeka.

Kondisi inilah mungkin menyebabkan para politikus oposisi gerah, akhirnya dengan segala keramaian yang ada di medsos, viralah perihal Garis Kemiskinan yang dirasakan tidak rasional. Bahkan beberapa orang yang kreatif dalam hal membuat meme langsung membuat karya-karya terbaik mereka untuk mengkritisi Angka Garis Kemiskinan yang hanya bernilai 400 ribu rupiah. Diartikel ini penulis tidak akan menjelaskan apakah angka tersebut sudah rasional atau belum, karena sudah banyak pakar yang menjelaskan perihal Garis Kemiskinan.

Penulis hanya mengajak kepada pembaca bahwa marilah kita berpikir jernih bahwa Garis Kemiskinan yang telah dihitung BPS bukanlah angka yang keluar tiba-tiba. BPS tentunya memiliki metode dan data yang akurat untuk mengeluarkan angka tersebut.

Alangkah baiknya jika pihak-pihak yang merasa angka garis kemiskinan tersebut tidak rasional, silahkan mengkritisi secara ilmiah dengan mengajukan garis kemiskinan yang menurut pembaca lebih rasional, tentunya lengkap dengan metode yang ilmiah juga.

Untuk para politisi oposisi, sebetulnya masih banyak celah untuk mengkritisi kinerja pemerintahan selain angka kemiskinan. Sebagai pengetahuan pembaca, pemerintah mulai dari zaman Soeharto sampai dengan Jokowi sangat rajin memberikan bantuan kepada masyarakat, mulai dari bantuan rumah, bantuan bibit, benih, bantuan uang sekolah dan lain-lain. Artinya akan menjadi lucu jika banyaknya bantuan yang sudah banyak digelontorkan tidak mengurangi jumlah penduduk miskin.

Sebagai penutup tulisan ini penulis hanya ingin memberikan saran kepada para politisi oposisi, kritiklah pemerintah dengan data yang akurat, contoh nyata adalah hutang negara membengkak sejak era pemerintahan jokowi, mungkin topik inilah yang cocok sebagai amunisi ampuh para oposisi mengkritik pemerintahan.

No comments:

Post a Comment