Sumber Gambar: Katadata.com
Bagi anda yang sudah pernah belajar ekonomi, pertanyaan ini mungkin sudah pernah dilontarkan dosen atau guru yang mengajar kalian. Lebih penting mana antara membatasi impor atau memacu ekspor?
pertanyaan tersebut bisa kita jabarkan bahwa jika suatu negara membatasi impor, maka dengan kata lain negara tidak perlu khawatir dengan kinerja ekspor. Sedangkan kebijakan memacu ekspor, artinya negara membiarkan kegiatan impor berpacu dengan dorongan ekspor. Selagi ekspor kita bagus, impor apapun tidak masalah.
Sebelum membahas kebijakan mana yang lebih baik, mari sedikit membahas perihal perdagangan luar negeri.
Perdagangan Luar negeri tidak ada bedanya dengan proses jual beli dipasar tradisional. yang jelas ada barang yang dijual, ada penjual, ada pembeli dan mata uang yang digunakan. Jika kita menjual keluar negeri dikatakan ekspor dan jika kita membeli barang dari luar negeri disebut impor.
Mari kita ilustrasikan proses perdagangan luar negeri dimulai dari impor barang. Tentu saja dengan mengimpor barang, suatu negara harus mengeluarkan devisanya untuk membayar kenegara tujuan.
Devisa yang digunakan untuk membayar barang impor biasanya diperoleh dari hasil kegiatan ekspor barang. Jika devisa yang diperoleh dari hasil eskpor tidak mencukupi untuk membayar impor, negara melakukan hutang luar negeri.
Dari ilustrasi singkat tersebut bisa terlihat bahwa impor yang tidak terkendali dan bahkan melebihi ekspor atau dalam istilah yang lebih ilmiah neraca perdagangan negatif, maka akan berdampak pada hutang luar negeri.
Lalu, jika impor yang besar diimbangi dengan ekspor yang besar apakah tetap bagus bagi suatu perekonomian?
Tentu saja jawabanya masih bagus, namun keterikatan negara terhadap negara lain semakin besar jika impor kita semakin besar. Mungkin sedikit mengingatkan bahwa Rupiah melemah pada saat perekonomian Amerika Serikat lagi menguat, demikian juga jika perekonimian Amerika Serikat melemah maka Rupiahpun ikut melemah.
Dampak yang cukup terasa bagi negara lower midle income seperti Indonesia adalah demikian. Pelemahan nilai mata uang tidak bisa dihindari. Jika negara-negara maju sebagai mitra dagang mengalami gejolak ekonomi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lebih Penting Mana, Ekspor atau Impor
Sumber Gambar: Katadata.com
Bagi anda yang sudah pernah belajar ekonomi, pertanyaan ini mungkin sudah pernah dilontarkan dosen atau guru yang mengajar kalian. Lebih penting mana antara membatasi impor atau memacu ekspor?
pertanyaan tersebut bisa kita jabarkan bahwa jika suatu negara membatasi impor, maka dengan kata lain negara tidak perlu khawatir dengan kinerja ekspor. Sedangkan kebijakan memacu ekspor, artinya negara membiarkan kegiatan impor berpacu dengan dorongan ekspor. Selagi ekspor kita bagus, impor apapun tidak masalah.
Sebelum membahas kebijakan mana yang lebih baik, mari sedikit membahas perihal perdagangan luar negeri.
Perdagangan Luar negeri tidak ada bedanya dengan proses jual beli dipasar tradisional. yang jelas ada barang yang dijual, ada penjual, ada pembeli dan mata uang yang digunakan. Jika kita menjual keluar negeri dikatakan ekspor dan jika kita membeli barang dari luar negeri disebut impor.
Mari kita ilustrasikan proses perdagangan luar negeri dimulai dari impor barang. Tentu saja dengan mengimpor barang, suatu negara harus mengeluarkan devisanya untuk membayar kenegara tujuan.
Devisa yang digunakan untuk membayar barang impor biasanya diperoleh dari hasil kegiatan ekspor barang. Jika devisa yang diperoleh dari hasil eskpor tidak mencukupi untuk membayar impor, negara melakukan hutang luar negeri.
Dari ilustrasi singkat tersebut bisa terlihat bahwa impor yang tidak terkendali dan bahkan melebihi ekspor atau dalam istilah yang lebih ilmiah neraca perdagangan negatif, maka akan berdampak pada hutang luar negeri.
Lalu, jika impor yang besar diimbangi dengan ekspor yang besar apakah tetap bagus bagi suatu perekonomian?
Tentu saja jawabanya masih bagus, namun keterikatan negara terhadap negara lain semakin besar jika impor kita semakin besar. Mungkin sedikit mengingatkan bahwa Rupiah melemah pada saat perekonomian Amerika Serikat lagi menguat, demikian juga jika perekonimian Amerika Serikat melemah maka Rupiahpun ikut melemah.
Dampak yang cukup terasa bagi negara lower midle income seperti Indonesia adalah demikian. Pelemahan nilai mata uang tidak bisa dihindari. Jika negara-negara maju sebagai mitra dagang mengalami gejolak ekonomi.
Bagi anda yang sudah pernah belajar ekonomi, pertanyaan ini mungkin sudah pernah dilontarkan dosen atau guru yang mengajar kalian. Lebih penting mana antara membatasi impor atau memacu ekspor?
pertanyaan tersebut bisa kita jabarkan bahwa jika suatu negara membatasi impor, maka dengan kata lain negara tidak perlu khawatir dengan kinerja ekspor. Sedangkan kebijakan memacu ekspor, artinya negara membiarkan kegiatan impor berpacu dengan dorongan ekspor. Selagi ekspor kita bagus, impor apapun tidak masalah.
Sebelum membahas kebijakan mana yang lebih baik, mari sedikit membahas perihal perdagangan luar negeri.
Perdagangan Luar negeri tidak ada bedanya dengan proses jual beli dipasar tradisional. yang jelas ada barang yang dijual, ada penjual, ada pembeli dan mata uang yang digunakan. Jika kita menjual keluar negeri dikatakan ekspor dan jika kita membeli barang dari luar negeri disebut impor.
Mari kita ilustrasikan proses perdagangan luar negeri dimulai dari impor barang. Tentu saja dengan mengimpor barang, suatu negara harus mengeluarkan devisanya untuk membayar kenegara tujuan.
Devisa yang digunakan untuk membayar barang impor biasanya diperoleh dari hasil kegiatan ekspor barang. Jika devisa yang diperoleh dari hasil eskpor tidak mencukupi untuk membayar impor, negara melakukan hutang luar negeri.
Dari ilustrasi singkat tersebut bisa terlihat bahwa impor yang tidak terkendali dan bahkan melebihi ekspor atau dalam istilah yang lebih ilmiah neraca perdagangan negatif, maka akan berdampak pada hutang luar negeri.
Lalu, jika impor yang besar diimbangi dengan ekspor yang besar apakah tetap bagus bagi suatu perekonomian?
Tentu saja jawabanya masih bagus, namun keterikatan negara terhadap negara lain semakin besar jika impor kita semakin besar. Mungkin sedikit mengingatkan bahwa Rupiah melemah pada saat perekonomian Amerika Serikat lagi menguat, demikian juga jika perekonimian Amerika Serikat melemah maka Rupiahpun ikut melemah.
Dampak yang cukup terasa bagi negara lower midle income seperti Indonesia adalah demikian. Pelemahan nilai mata uang tidak bisa dihindari. Jika negara-negara maju sebagai mitra dagang mengalami gejolak ekonomi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment